happy Reading
Keysa Pov
Lagi lagi seperti ini, aku menatap lelah ke arah di mana seorang cowok tampan dengan rambut yang terlihat sedikit panjang di depannya, di potong layak aktor aktor korea yang sering adikku tonton di laptobnya. Siapa lagi kalau bukan Devan, sahabat lelakiku satu satunya.
Badannya yang terbilang bagus dan tubuh yang bugar serta sedikit terdapat tonjolan tonjolan yang agak ketara di bagian perutnya... Emm six pack, dengan tubuh seatlis itu Devan memang di tujuk sebagai ketua basket di sekolah kami.
Tapi bukan itu yang sekarang menjadi fokus utamaku, melainkan permintaan lelaki itu untuk yang entah berapa kalinya sejak kami menginjak kelas 2 ini, lagi lagi dia memintaku untuk menjadi kurir dadakkan, mengatarkan sebungkus coklat untuk pujaan hatinya, Neysa.
Gadis populer di kelasku yang sudah di kenal hampir satu sekolah, wajahnya yang layak berbie serta tubuh mungil kecil tapi tidak kerempeng, dan tinggi Neysa juga tidak bisa di katakan rendah. Dia benar benar gadis yang sangat cantik, apa lagi dengan rambut panjang dan lurusnya itu. Neysa memang sudah menjadi incaran para lelaki di sekolah kami, mengingat kalau gadis itu memang tergolong siswi yang pandai.
Dan karena itu semua, Devan sahabat baikku ini juga ikut ikut menyukainya. Dan karena aku yang notabet nya sekelas dengan Neysa harus rela jadi kurir dadakkan untuk sahabatku ini, lagi lagi seperti ini.
Aku tau Devan itu tidak peka, tapi aku benar benar tidak habis fikir kalau ternyata Devan memang setidak peka ini. Apakah dia sebegitu buta nya sampai tidak menyadari raut wajahku yang setiap hari merasa kesal dan lelah karena topic pembicaraan kami selalu Neysa Neysa dan Neysa.
Aku tidak membenci Neysa, sungguh. Gadis cantik itu teman baikku, aku menyayanginya sama seperti aku menyayangi Devan. Aku sama sekali tidak membencinya, aku hanya meresa... Emmm sedikit-- iri mungkin, aku merasa kalah jauh dengan gadis cantik itu.
Aku hanya-- entahlah intinya aku tidak membencinya, aku hanya meresa kalah saing dan parahnya lagi tidak bisa berbuat apa apa karena itu semua.
Kalian ga tau rasanya gimana jadi aku, di mana yang setiap harinya harus mendengar nama gadis lain dari mulu lelaki yang kalian sukai seolah topic dan objek pembicaraan itu adalah hal terfavoritnya.
Kalau di tanya aku sakit hati tidak? Jawabannya adalah iya. Aku tidak mau munafik dan sok kuat berlagak semuanya baik baik saja dan aku tidak papa, aku terluka sungguh. Mencintai Devan benar benar membuatku terluka parah, lukanya bahkan sudah menjadi gubangan besar yang sulit di sebuhkan.
Jangankan untuk sembuh, luka itu bahkan tidak mau mengering karena terus di sirami garam, benar seperti itulah hatiku saat Devan terus menerus membahas Neysa saat bersamaku.
Aku tidak tau kenapa Devan bisa menyukai Neysa sebegitu besarnya. Bagaimana Neysa tertawa, apa kesukaan Neysa, apa yang di benci Neysa, apa cita cita gadis itu, apa kebiasaannya, apa yang pelajaran favoritnya, semua itu Devan tau. Bahkan semua tentang Neysa lelaki itu tau, aku bahkan sangsi Devan tau makanan kesukaanku.
Aku tau Neysa banyak kelebihan, tapi tidak bisakah Devan berlaku adil padaku juga. Walau pun tidak pantas, setidaknya aku ingin sedikit di cintai lelaki itu. Sedikit saja, apakah begitu sulit buat lelaki itu sedikit perhatian padaku? Sedikit saja, aku tidak oerlu banyak, selama itu cukup. Aku benar benar merasa sangat bahagia, sungguh.
"Plss Keyy, bantuin gue ya??"
Ucapan dari mulut Devan membuat aku menatapnya lagi, hela nafas lagi lagi aku keluarkan. Harusnya aku menolak dan berlalu pergi, tapi yang terjadi adalah aku yang mengangukkan kepala pelan.
Wajah berbinar terbit di wajah lelaki itu, senyum cerah dia pancarkan untukku.
"Kenapa elo tega van? Kenapa tatapan berbinar itu cuma lo tunjukin pas tue mau bantu lo pdkt sama Neysa aja, sakit banget sumpah." Batinku berteriak.
Aku ga tau kenapa Devan hanya bisa tersenyum lebar dan sumringah saat tentang Neysa saja, betapa aku iri akan gadis itu.
"Serius ni lo mau bantuin guee? Lo ga bohong kan?" tanya Devan lagi.
Sepertinya Devan masih agak tidak percaya aku mau membantunya lagi, mengingat kalau minggu lalu aku benar benar menolak mentah mentah saat lelaki itu meminta tolong.
"Iyalah, yaudah sini mana coklatnya. Sebelum bel masuk, gue mau ke kelas dulu." beritahuku sambil mengulurkan tangan meminta coklat yang akam Devan berikan oada Neysa.
Devan tersenyum lebar, lalu mengambil coklat batangan di dalam tasnya, memberikannya padaku dengan senyum lebar yang tidak mau luntur.
"Makasih banget Key, lo emang sahabat gue yang palingg baik. Makasih yaa," ucap Devan dan memeluk tubuhku langsung.
Untuk sesaat aku mematung, pelukkannya-- sangat hangat. Tubuh tegap Devan saat memelukku benar benar membuatku nyaman, tapi--
"Is apa apaan si lo, main peluk peluk aja." Ucap ku kesal dan mendoring badan Devan menjauh. Lebih tepatnya pura pura kesal, pelukkan Devan benar benar sangat nyaman.
"Hehehe ya maaf Key, abisnya gue seneng banget elo mau bantu gue. Makasih yaa, entar gue traktir bakso semangkok sama es teh dehh asal itu coklat sampai selamat di tangan Neysa," ucap Devan dengan terkekeh pelan.
Aku memutar bola mata malas, memangnya dia pikir bakal aku apakan coklatnya ini. Aku makan? Ck aku tidak semiskin itu sampai harus memakan makanan untuk orang lain.
Ya aku memang miskin sii, tapi aku juga punya harga diri. Aku tidak akan memakan hak orang lain, walau pun bisa bisa saja kalau aku mau memakan coklat yang Devan berikan.
"Udahah bacot lo, gue kelas dulu." ucap ku pelan dan berjalan menuju kelas ipa a, kelasku dan kelas Devan emang berbida, Devan kelas ips c sedangkan aku dan Neysa kelas ipa a.
"Jangan sampek lupa ya Key," ucao Devan sedikit teriak karena jarakku dan jarak lelaki itu memang sudah agak jauh.
Saat aku sudah menghilang dari jarak pandang Devan, aku menyandarkan tubuhku ke dinding. Memajamkan mata sebentar untuk menetralkan detak jantungku, hatiku sakit sekali. Ingin sekali menangis menumpahkan segalanya, tapi aku tidak bisa.
Aku tidak boleh menangis di depan Devan, tidak boleh. Lelaki itu tidak boleh sampai tau kalau aku menyukainya, pokoknya tidak boleh.
"Loh Keysa, kenapa kamu tidak masuk kelas dan malah tidur di sini?"
Aku langsung tersadar dan menatap ke arah depan, Pak Farel menatapku dengan tatapan tajam dan maunya, mati kau Keysa.
Aku tertawa pelan dan segera merapikan penampilanku. Aku sudah oke kan?
"Eh pak Farel hehe, ini saya mau ke kelas pak." ucapku pelan dan berjalan cepat memasuki kelas.
Astaga Keysa, jangan sampai kamu di hukum pak Farel gara gara banyak memikirkan Devan. Shitt sialan sekali.
Tbc
Sumber : Apk Storial
Penulis : Zia Rya