Iklan

iklan

Iklan

iklan
,

Iklan

iklan

Dr. Elviriadi, Seorang Intelektual dan Akademisi yang Indah Oleh; Syahrir M.Sc

JENDELA INFORMASI
Maret 29, 2022, 09:07 WIB Last Updated 2022-03-29T02:07:59Z


Tingkap.info - Sebagai sahabat Bung Elviriadi, mula mula saya bingung. Saya bertanya dalam grup KAHMI, apakah Bung Elv ini sastrawan atau seorang eksakta yang ahli lingkungan, kehutanan dan ilmu ilmu alam. 

Namun setelah lama mengikuti sepak terjangnya melalui media, maupun pertemuan diskusi di jakarta, akhirnya saya ingat pada seorang pujangga bernama Marah Rusli.

Seorang bernama Marah Rusli, Poejangga angkatan Balai Pustaka adalah ahli.pertanian. Ia lulusan Institut pertanian bogor, IPB.

Menulis buku sastra sangat terkenal dan legendaris dengan judul "Kasih Tak Sampai, Sitti Nurbaya". 

Aktor pemeran terkenal dalam lakon  cerita Marah Rusli adalah Datuk Maringgih, yang oleh Marah Rusli dalam.tulisan sastranya, berhasil mengaduk aduk emosi pembaca, karena dalam alur ceritanya, si Tua Bangka Datuk Maringih,  Saudagar Kaya di Tanah Minang, berhasil memperistrikan Sitti Nurbaya yang masih perawan nan cantik, mudah belia.

Buku besutan Marah Rusli.tersebut, saya baca saat saya duduk di bangku sekolah menengah pertama, SMP, tahun 1982. 

Dalam.kekinian, menyimak.tulisan dan.untaian buah pena berlakon sastra dari Dr. Elviruadi,  maka responnya adalah Sastrawan  lahir dan tumbuh tanpa  batas dan sekat  akademik, seperti.Marah Rusli yang alumni IPB itu.

Saya juga dalam kesempatan ini ingin memberi tanggapan atau sinopsis singkat bukunya yang baru diluncurkan di Jakarta dan Riau. Di Jakarta, saya dan  Sekjend  Majelis Nasional KAHMi Bang Manimbang Kahariadi menyiapkan acara peluncurannya di tempat bergengsi, Manggala Wanabakti Kementerian LHK.

Buku  Dr. Elv berjudul ."BERSAKSI DITENGAH PRAHARA EKOLOGI".

Jika di cermati makna catatan dalam buku Prahara Ekologi, membuka ruang logika untuk kemudian menyimpulkan, bahwa kerusakan alam dan hutan, dalam kurung terjadinya prahara ekologi,  adalah parameter utama, hilangnya nalar aktif dan logika normal manusia, termasuk para pemimpin dan birokrat pemerintahan. 

Dalam.proporsional kerusakan ekologi akibat prilaku manusia, adalah merasionalisasi sistim kekejaman melebihi dari prilaku HITLER, yang tersebut sebagai diktator pemimpin NAZI. Logisnya, kekejaman perang saat terjadi  kekuasaan Hitler di Jerman, tapi kemudian oleh Hitler dan pasukan tentaranya, tak merusak hutan dan sistim ekologi .

Sering saya bicarakan ke Dr.Elv,  agar hutan di seluruh di Indonesia, di transaksikan dalam sistim karbon dan oksigen. Jika sistem.tersebut di realisasikan, maka masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, akan menikmati kesejahteraan. 

Saat saya diundang sebagai pemateri oleh KLHK, tahun lalu, di depan menteri KLHK,  Siti Nurbaya, saya ungkap, bahwa ketika hutan Di Riau, di Jambi, di Kalimantan terbakar, negara tatangga seperti singapura, makaysia, teriak..asap dan asap, karena terimbas asap dari hutan yg terbakar di Indonesia...

Kata saya, negara tetangga, kalau asap.yang terbang ke negaranya, mereka teriak dan protes keras, akan tetapi, kalau selama ini oksigen (O2) dari hutan yg ada di Indonesia  yang terbang dan mereka menikmati udara segar dari hutan di Indinesia, mereka, negara tetangga seperti singapura, diam saja.

Olehnya, harusnya, Oksigen dari hutan indonesia, masuk di negara tetangga, wajib mereka bayar. "Apa perlu pohon di hutan, kita bungkus plastik, agar masyarakat di negara tetangga sesak napas semua".

Walaubagaimanapun, sebagai kolega Dr.Elv di Majelis Nasional KAHMI saya mengapresiasi upaya upaya ilmiah beliau. Saya juga senang beliau suka membela masyarakat kecil selaku akademisi dan intelektual organik yang lasak dan anti kemapanan. Juga yang unik adalah puisi puisi, cerpen dan jiwa sastrawan ala Marah rusli Yang indah tinggal. Bravo sahabat Dr. Elviriadi...***



Oleh : Syahrir, M.Sc
(Ekonom Senior Tinggal di Jakarta)

Iklan

iklan