Pekanbaru, Tingkap.info -- Banjir bandang yang melanda kabupaten kota di Propinsi Riau menyita perhatian publik dan pejabat kepala daerah.
Sejumlah ruas jalan utama seperti di Kabupaten Pelalawan terputus sehingga kendaraan harus memutar arah.
Hal itu menjadi sorotan pakar lingkungan hidup Dr.Elviriadi yang disampaikan pada media ini Senin pagi (8/1/24).
"MasyaAllah. Harusnya ada taubat ekologis. Banjir ini ulah oknum pejabat yang merajut konspirasi dengan penjahat lingkungan. Hutan jutaan hektar ditebang demi kepentingan bisnis segelintir orang. Dan kebijakan perluasan areal produksi korporasi terus dijalankan sehingga alam makin terdesak, " ujarnya kesal.
Akademisi yang kerap jadi ahli dipengadilan itu menolak alasan cuaca yang buruk.
"Aaaacch; cuaca buruklah. Anomali curah hujanlah. Itu semua alasan klasik yang tak jujur dan sportif. Buktinya hutan terus tumbang dimana mana, maka jangan kaget kalau tahun mendatang banjir bisa lebih ngeri lagi, " imbuh alumni UKM Malaysia.
Kepala Departemen Restorasi Gambut MN KAHMI itu mengaku kekuatan modal takkan terbendung pasca Pilpres 2024.
"Yang jelas konstelasi cukong politik akan terus menyandera sumberdaya alam kita pasca Pilpres 2024. Jadi tak ada celah dan ceritanya mau mengatasi banjir. Tinggal kita atasi saja lah apa yang terjadi ini. Anggap ini sudah takdir dari Yang Maha Kuasa. Yang dilakukan ulah tangan manusia. Silahkan tanya pada rumput yang tenggelam banjir. Atau pada temakol sungai apit yang tersepit kayu bakau roboh abrasi. Kepunan telouw temakol hanyuuutlaaaaa,"pungkas peneliti banjir yang ikhlas gundul licin demi hutan Berkey Rohil.***