Iklan

iklan

Iklan

iklan
,

Iklan

iklan

Kunjungi Ponpes Ahmad Dahlan Kuansing; Dr.Elviriadi; Kader Muhammadiyah Harus Idealis dan Berfikir Lurus

JENDELA INFORMASI
Agustus 16, 2024, 08:49 WIB Last Updated 2024-08-16T01:49:10Z


Tingkap.info - Perjalanan advokasi konflik agraria pakar lingkungan Dr.Elviriadi kini berada di Kabupaten Kuansing Riau.


Sejurus setelah menggelar pertemuan dan observasi objek perkara rakyat Desa Jake vs PT.Wanasari, Dr.Elviriadi langsung singgah ke Pondok Pesatren KH Ahmad Dahlan.


"Alhamdulillah, kemarin (Kamis 15/8) pertemuan dengan ninik mamak, Kepala Desa dan rakyat Jake, beliau langsung silaturahmi dan seminar di Ponpes Ahmad Dahlan. Besok beliau lanjut ke Rokan Hilir," ucap Sangap S, Manager Personal Dr.Elv Jumat (16/8/24).


Kunjungan dan seminar di Ponpes Ahmad Dahlan langsung disambut dan dibuka oleh Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiya Kuansing, Ir. HMaisir dan Sekretaris H.Burdianto, S.Kom, MM.


"Alhamdulillah kita bertemu dan berdiskusi di sini. Semoga menambah ilmu dan wawasan kita bersama," ucap Ir.H.Maisir dengan wajah ceria.


Sementara itu, Dr.Elviriadi yang juga anggota PP Muhammadiyah itu menyambut seminar dengan semangat.


"Setiap ada kerja di daerah daerah, saya selalu menghubungi pengurus Muhammadiyah. Saya merasa berkewajiban menghidupkan dan menghangatkan diskusi perjuangan islam. Wacana pembelaan kaum tertindas dan memperkuat idealisme kader," ucapnya dihadapan puluhan peserta.


Elviriadi menyebut ada 4 rintangan Muhammadiyah dalam mewujudkan cita citanya.


Pertama, kader Muhammadiyah itu harus seorang ahli ibadah. Hubungannya dengan Allah kuat. Ibadah ini benteng dari godaan dunia dan membuat qolbu bercahaya. Sekarang gimana kualitas ibadah kader, tanya dia kepada hadirin.


Kedua, kader sebagai ahli fikir. Rasional dan tidak taqlid. Kritis dalam membaca ketidak benaran. Berfikir lurus sesuai garis tegas Alquran yang mencetak idealisme seorang kader. Kader sangat mudah membedakan haq dan bathil. Tidak boleh abu abu, pragmatis, oportunis dan memble, pintanya.


Ketiga, tau bab Aqidah, Konsekwensi syahadat bagi seorang muslim dan paham serangan Ghowzul Fikri. Sekarang nyatanya bagaimana? Ghowzul Fikri berupa Islam Liberal mau melonggarkan syariat, jilbab budaya arab, semua agama sama, moderasi kebablasan itu gimana respons pengurus?" bebernya.


Terakhir, Elviriadi meminta pengurus daerah dan cabang untuk menghidupkan diskusi ideologis dan kemuliaan dakwah.

"Kanapa lemah pengorbanan kita untuk agama melalui persyarikatan ini? Ya, karena diskusi yang menghangatkan bara jihad dalam dada kita itu gak ada. Orang tak tau kemuliaan berjuang fiisabilillah. Tak tau sikap idealis itu tinggi dimata Allah. Tak tau hidup ini bukan untuk mengejar materi aja. Ada kemulian kemulian agung yang harus dicapai sebagai hamba Allah swt, " pungkasnya.***


Iklan

iklan