Iklan

iklan

Iklan

iklan
,

Iklan

iklan

Perjuangan Hening Ditengah Riak Dialektika PT.BSP Menerajui Masa Depan Riau Oleh : Elviriadi, Ph.D

JENDELA INFORMASI
Agustus 15, 2024, 07:50 WIB Last Updated 2024-08-15T00:51:57Z
Foto. pakar lingkungan Dr.Elviriadi memerima buku dari Iskandar


Tingkap.info -- Pagi itu hati saya bahagia, menerima sebuah hadiah buku dari seorang teman. Beliau seorang petinggi di PT.BSP, tapi style dan Gestuur nya biasa biasa aja, tak nampak seperti seorang pejabat. Bang Iskandar, nama sahabat saya itu memberi buku yang diberi Judul: Perjuangan Hening Didalam Riak (20 tahun Kiprah PT.BSP).


Saya, dari dulu paling senang bila diberi buku. Buku mengajarkan kehidupan, memberi makna dari catatan perjalanan biografis seseorang yang sukses, jatuh bangun sebuah bangsa, sampai bagamana seorang melegenda.


Dalam buku yang diberi bang Iskandar, saya menemukan "patahan" sejarah Riau, kisah epik para tokoh untuk menemukan marwah negeri Melayu.


Mulailah anak anak Riau menuntut hak kelola Migas, sejak gelombang Reformasi 1998 menderu. Saya bersama tokoh tokoh Riau, alm Al Azhar, Tabrani Rab, Chaidir, Fauzi Kadir melaung perlawanan pada pemerintah pusat. "Riau telah dijadikan padang Perburuan", demikian kesimpulan ketika itu.


Dalam riak riak pertarungan anak Riau, kami dari mahasiswa Unri, IAIN, UIR dan Unilak mendobrak kebekuan PT.CPI. Aksi demonstrasi mahasiswa beruntun sampai berkemah di halaman depan PT.CPI Rumbai.


Dialektika tuntutan mahasiswa, negosiasi dan "aruk" yang dimotori Bang Al Azhar dan tokoh tokoh Riau, lahirlah Badan Operasi Bersama (BOB) Bumi Siak Pusako.


"Kemenangan" kecil lain tampak dengan munculnya opsi bagi hasil Migas yang lebih rasional. Walaupun pada kenyataannya, rasio 85 : 15 (Jakarta-Riau) makin sayup sayup sampai. Bak Hilang ditelan lubang pipa angguk yang mengeruk kekayaan alam Riau.


PT. Bumi Siak Pusaka Terus menggeliat. Tak sedkit dinamika yang mencuat ditengah upaya meningkatkan lifting dan kinerja staf.


Dalam buku "Perjuangan Hening didalam Riak" tampak bagaimana, respon masyarakat Riau yang beragam, bahkan kritik-manuver dapat dilalui managemen BUMD Riau yang paling "seksi" ini.


Jika berkaca pada BUMD milik Riau yang lain, seperti Riau Airline (RAL), PT.PER, Riau Petrolium, dan sederet Badan Usaha lain yang "senin kemis kembamg kempis" maka dapatlah disebut; PT.Bumi Siak Pusaka terbilang survive dan terus berkayuh melaju diantara "sorotan", cita cita dan kritik.


Selepas berlalu waktu 20 tahun, kini nakhoda PT.BSP dipegang oleh anak jati Riau, Iskandar. Catatan saya, beliau harus belajar banyak dan menyauk ilmu serta pengalaman dari para pendahulunya, Bapak Azali Djohan dan Peneraju lainnya.


Saya juga menemukan dalam buku "Perjuangan Hening di Dalam Riak" ini peran Pak Gubernur Syamsuar untuk meloby pemerintah pusat, Kementerian ESDM agar PT.BSP makin mandiri.


Sampai akhirnya, tepat tanggal 9 Agustus 2022, Wilayah Kerja (WK) Coastal Plain Pekanbaru (CPP) resmi dikelola 100% oleh BUMD PT Bumi Siak Pusako (BSP), setelah 20 tahun dikelola secara bersama-sama oleh Pertamina Hulu dalam bentuk Badan Operasi Bersama (BOB) Bumi Siak Pusako-Pertamina Hulu. Kementerian ESDM, dengan sepenuh kejujuran, mengapresiasi kegigihan dan semangat BUMD PT. BSP untuk mengelola sendiri blok migas di daerahnya.


Dengan dikelola sendiri oleh Riau, tantangan bukan semakin ringan. Maju mundur PT.BSP seperti tersirat halus dalam lagu,, " Lancang Kuning Berlayar Malam, haruslah diteraju sang nakhoda yang "paham". Dalam istilah adat melayu, kata "paham" untuk seorang pemimpub jauh lebih dalam maknanya daripada "mengerti", "profesional", "kompeten", berwawasan luas dan good managerial.


Lebih dari itu, "paham" mengandung arti "bijak mengenang jasa pendahulu", "pandai membaca ombak kehidupan", menginspirasi bawahan, bekerja dalam keteladanan, dan piawai membawa bahtera mengarungi gulungan ombak tantangan. Sehingga dapat berlabuh di pantai impian.


Tapi saya berkeyakinan, sesuai judul buku yang saya baca ini, Bumi Siak Pusako ditangan generasi muda Iskandar penerus Azaly Djohan, akan terus berlayar ke laut dalam. Bermodalkan " kerja keras dalam hening, tak banya cito (bidal orang Melayu Selatpanjang), maka riak riak internal dan sorot kritik eksternal, akan memperkaya pengalaman sang nakhoda. Memerajui Masa Depan Riau sebagai pengelola Migas yang bertuah, bermarwah dan penuh berkah.****




Elviriadi Ph.D adalah cendikiawan Riau asal Selatpanjang, penulis belasan buku.

Iklan

iklan