Pekanbaru, Tingkap.info -- Riau sedang menghadapi krisis prestasi di dunia olahraga, dan Gerakan Mahasiswa Pemantau Olahraga (GMPO) tidak tinggal diam. Dalam waktu dekat, GMPO berencana menggelar aksi demonstrasi besar-besaran di kantor KONI Riau dan Kejaksaan Tinggi Riau, menuntut pertanggungjawaban atas kemerosotan prestasi olahraga provinsi ini.
Aksi damai ini akan membawa tuntutan utama: Ketua KONI Riau harus mengundurkan diri. Menurut GMPO, KONI Riau telah gagal menjalankan amanah untuk meningkatkan prestasi olahraga. Pada PON XXI Aceh-Sumut 2024, Riau hanya berada di peringkat ke-12 nasional, turun drastis dari posisi 10 besar yang selama ini selalu dipertahankan.
Ketua GMPO, Rifki Albar, menegaskan bahwa Ketua KONI Riau harus bertanggung jawab penuh atas penurunan ini. Ia juga mengungkapkan bahwa setelah aksi di KONI Riau, GMPO akan mendesak Kejati Riau untuk mengaudit penggunaan dana KONI yang jumlahnya mencapai puluhan miliar rupiah. Dana tersebut mencakup anggaran tahunan sebesar 47 miliar, anggaran Porwil 2023 senilai 19,9 miliar, serta anggaran PON XXI 2024.
Menurut Rifki, transparansi dan akuntabilitas sangat diperlukan untuk memastikan dana yang besar itu benar-benar dikelola dengan efektif demi kemajuan olahraga Riau. "Kami tidak ingin dana besar ini hanya sia-sia tanpa hasil nyata," tegasnya, Minggu (27/10/2024) malam.
GMPO berharap agar seluruh masalah ini segera diselesaikan demi kebangkitan prestasi olahraga di Riau.
Sebelumnya, pada PON XXI di Aceh-Sumut, kontingen Riau berhasil meraih 78 medali, terdiri dari 21 emas, 22 perak, dan 36 perunggu. Namun, perolehan tersebut masih jauh dari target KONI Riau yang menginginkan 25 medali emas dan posisi di 10 besar. Hasil ini sama dengan raihan emas pada PON XX Papua 2021, namun posisi Riau turun dari peringkat 8 ke 12, selisih hanya satu emas dari Lampung.
Ketua KONI Riau, Iskandar Hoesin, sudah meminta maaf kepada masyarakat Riau atas kegagalan mencapai target. Menurutnya, meski KONI Riau sudah melakukan persiapan maksimal selama 2,5 tahun, lebih dari setengah cabang olahraga unggulan gagal menyumbang emas. Di antaranya angkat besi, sepak takraw, paramotor, terjun payung, dan beberapa lainnya.
Meski demikian, ada catatan positif. Cabang ski air dan senam, yang awalnya tidak ditargetkan meraih emas, justru berhasil menyumbang beberapa medali emas. Iskandar mengaku ini menjadi pelajaran berharga untuk perbaikan ke depan.