Tingkap.info -- Sebelumnya, tulisan ini sudah pernah dimuat dalam kolom opini Riau Pos pada hari Kamis 16 Februari 2012. Berhubung era itu masa transisi teknologi elekronik menuju digital, artikel tersebut tidak dapat diakses lagi. Oleh itu penulis ingin terbitkan kembali agar dapat disimak oleh sidang pembaca karena pesan-pesan yang terkandung didalamnya kiranya masih relevan dengan kebutuhan rohani kita hari ini insyaAlloh).
REVOLUSI HATI
Oleh : M. Sangap Siregar, MA
Dosen Universitas Hang Tuah Pekanbaru Riau
Imam Alghazali Rahmatulloh Alaihi berkata dalam kitabnya Ihyaulumiddin, bahwa hati adalah ibarat raja bagi anggota tubuh manusia. Segala aktivitas tindakan anggota tubuh berawal dari komando hati.
Andai di hati telah terbetik, tersirat dan terniat, maka itu isyarat tanda perintah bagi akal untuk bekerja melakukan segala sesuatu yang diingini.
Oleh itu, sesungguhnya hati juga merupakan wadah memori konsepsi yang baik maupun buruk. Namun pada dasarnya ia adalah lahan fitrah kebaikan dan kebenaran. Tergantung saluran yang terkoneksi dengannya. Apabila saluran yang terkoneksi selalu memberi menu konsumsi buruk, maka otomatis hati akan terisi dengan ihwal perkara buruk.
Dari itu, seyogianya saluran informasi yang masuk ke hati, yakni mata, telinga, mulut dan pikiran hendaklah diusahakan memberi berita ihwal yang baik. Agar feedback pantulan nur hati memancarkan aura gerak dan sinyal komando baik. Beruntunglah orang-orang yang senantiasa mensucikan jiwanya.
Kerisauan
Dalam kaitan ini tentunya amat rugilah orang-orang yang terus mengotori jiwanya dengan hal-hal buruk. Pengingkaran hati nurani, kemunafikan, kepura-puraan, pembohongan publik, pemutarbalikan fakta, pembelaan atas hal-hal yang salah. Ini semua akan melahirkan kontradiksi dalam hati.
Tidaksesuainya antara kata dan perbuatan menjadikan konstalasi hati yang fitrah menjadi redup, malap dan gelap.
Termasuk menggunjing, memfitnah, sumpah palsu, adu domba, dengki, khianat, angkuh, sombong, ujub, ria, takabbur dan bicara sia-sia adalah penyakit hati.
Itu semua adalah ibarat mengisi file hati dengan tulisan memori buruk akan memberi pantulan berupa amal perbuatan dan tingkah laku arogan dan eror sebagai output dari anggota tubuh. Seperti tangan akan suka mengambil barang bukan miliknya, telinga ingin mendengar perkara maksiat, pikiran ingin terus mencari jalan pintas bagi pemenuhan kehendak syahwat duniawi dan hawa napsu yang cenderung menuju keserakahan dan melampaui batas.
Fenomena kerusakan dan penyakit hati diatas menyebabkan kegoncangan dan ketidakstabilan sosial di tengah masyarakat, ketidakharmonisan hubungan antar warga, warga dengan pemerintah. Saling curiga, sak wasangka, saling tidakpercaya, kontradiksi meluas, kokhesitas tidak terjadi, disintegrasi mencuat, persatuan dan kesatuan jauh.
Apabila hal tersebut berpanjangan bisa memicu dampak keletihan dan kejenuhan global yang berujung pada chaos dan huru-hara nasional.
Membaca kilas balik sejarah perjalan bangsa seolah kita tidak menemukan titik cerah atas masalah-masalah inti rakyat dan bangsa, gelombang-gelombang polemik terus melanda, pertikaian tidak pernah berujung. Kerja-kerja amar ma'ruf nahi mungkar bungkam. Oleh itu kiranya pendekatan paradigma baru perlu diwujudkan via suluh kedalam perbaikan software jiwa insani revolusi hati.
Sebagai langkah awal perubahan dan pencerahan sistem menuju standard kebaikan tertinggi harus menjadi ruh setiap pergerakan dinamika perjuangan dan pembangunan.
Mulai dari keperluan diri individu hingga kelompok dan golongan hendaklah tunduk mengorbit pada poros kebaikan hakiki.
Dustur Islam menyeru ; Belumkah tiba waktunya bagi orang-orang beriman untuk tunduk hati mereka pada tatanan nilai aturan kebenaran Ilahi?
Jangan lagi kita tunggu dan biarkan petaka-petaka besar menimpa dan menjungkirbalikkan kita semua, baru kita insyaf dan sadar.
Untuk itu, secara sederhana perlu kita sikapi bagaimana mencermati dan mengejawantah ayat-ayat kemajuan diatas.
Hendaklah kita sentiasa menjaga ritme hati agar selalu tercerahkan. Hendaklah kita memperhatikan apapun yang mau kita dengar, lihat, bicara dan pikirkan. Apakah ia mendatangkan manfaat buat meningkatkan iman dan amal, prestasi maupun semangat juang.
Begitu juga lintasan hati dinamika akal serta nuansa batin apakah tetap konsisten langgeng dalam kebaikan yang selamat dan menyelamatkan. Atau telah terisi dengan pikiran-pikiran buruk yang menjauhkan kita dari jalan mardhotillah wamardhotirrosul?
Ruh Revolusi
Mencari redho Allah dalam setiap tindakan amal perbuatan menjadi kompas landasan konstalasi hati, yang harus kita revolusi setiap saat. Jangan biarkan energi kita terkuras pada hal-hal yang tidak perlu. Pendek kata, hati orang beriman hendaklah sentiasa digilap memikirkan perkara-perkara baik fastabikul khairat berlomba dalam kebaikan karena Allah.
Bukan sebaliknya terus-menerus berpikir menjarah dan mengesploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada dengan pertimbangan aji mumpung.
Tapi, sebaliknya justru insan terbaik harus sentiasa berpikir besar bagaimana agar setiap detik waktu dalam dinamika perjalanan dan perjuangan hidup memancarkan sinyal aura kebaikan bagi sesama dan jagat semesta.
Harapan dan kesimpulan
Inilah konsep hati tercerahkan dalam maqam kekhalifahan kepemimpinan hakiki yang dihendaki dan dirindukan ummat dan zaman.
Langkah-langkah kaki orang seperti ini senantiasa dido'akan keampunan oleh setiap makhluk melata di darat dan dilaut.
Hari ini, tanpa kita bisa merevolusi hati menuju tingkat suasana batin sedemikian niscaya perbaikan disetiap lini kehidupan bangsa adalah isapan jempol belaka.
Kata kunci kesadaran hati dan keinsyafan jiwa dinul haq adalah makanan rohani kebaikan tertinggi yang kita mesti raih. Tanpa kita asaskan semua tindakan gerak amal perbuatan pada tatanan nilai aturanNya niscaya segala bentuk iming gaung reformasi bak mengejar bayang-bayang semu fatamorgana yang kian jauh dari harapan, sebaliknya akan melenceng jauh menuju nestafa yang tidak berkesudahan..nauzubillahi minzalik.
Penulis: M. Sangap Siregar, MA