Pekanbaru, Tingkap.Info – Sejarah telah mencatat bahwa pemuda dan mahasiswa selalu menjadi garda terdepan dalam perubahan sosial, politik, dan ekonomi. Namun, di tengah derasnya arus pragmatisme, materialisme, dan hedonisme, muncul pertanyaan mendasar: Masih adakah keberanian di kalangan pemuda untuk memperjuangkan kepentingan rakyat?
Pertanyaan ini dilontarkan oleh Nofri Andri Yulan, Sekretaris DPD KNPI Provinsi Riau, yang menyoroti bagaimana keberanian bukanlah sesuatu yang datang dengan sendirinya, melainkan harus diciptakan. Momentum perubahan tidak menunggu, tetapi harus dibangun, Sabtu (22/02/2025) Siang.
Dalam refleksinya, Yulan menegaskan "bahwa risau adalah awal dari keberanian. Ketika keresahan terhadap ketidakadilan telah mencapai titik puncak, keberanian dan perlawanan akan muncul dengan sendirinya," ujarnya.
Mengutip Wiji Thukul dalam puisinya, Pepatah Buron, ia menyatakan: Hidup akan mengecil dan membesar sesuai dengan keberanian kita. Selain itu, Pramoedya Ananta Toer juga pernah mengatakan, Sejarah dunia adalah sejarah anak muda. Jika angkatan muda mati rasa, matilah semua bangsa.
"Hal ini membuktikan bahwa pemuda memiliki peran sentral dalam perjuangan bangsa, baik melalui perlawanan fisik, diplomasi, organisasi sosial-politik, maupun gerakan intelektual," kata Yulan.
Yulan menekankan bahwa pemuda harus memiliki tiga dimensi utama:
1. Intelektualitas – Pemikiran kritis dan kepekaan terhadap realitas sosial.
2. Semangat Jiwa Muda – Energi dan keberanian untuk bertindak.
3. Idealisme – Sikap teguh dalam prinsip tanpa mudah tergoda oleh kepentingan sesaat.
Soekarno pernah mengkritik kaum terpelajar yang hanya bisa berteori tanpa aksi nyata. Sementara itu, Dr. Yusuf Qardhawi menggambarkan masa muda seperti matahari di tengah hari penuh energi dan potensi luar biasa. Jika potensi ini diarahkan dengan baik, pemuda bisa menjadi dinamit perubahan.
Sejarah Membuktikan: Pemuda Adalah Penggerak Bangsa
Dalam berbagai periode sejarah, pemuda dan mahasiswa selalu memainkan peran penting dalam menciptakan perubahan. Angkatan 1908, 1928, 1945, 1966, 1974, hingga 1998 adalah bukti nyata bagaimana pergerakan pemuda mampu mengguncang sistem dan membawa bangsa ke arah yang lebih baik.
Mereka bahkan sering kali menjadi kekuatan yang ditakuti, karena mampu memobilisasi gerakan massa yang masif mulai dari lahirnya Orde Baru, Malari, hingga runtuhnya Orde Lama.
Namun, di era saat ini, keberanian pemuda menghadapi tantangan baru. Jika pemuda terjebak dalam zona nyaman, pragmatisme, dan kepentingan sesaat, maka semangat perjuangan akan semakin pudar.
Yulan mengajak pemuda untuk kembali menghidupkan semangat amar ma’ruf nahi munkar dan menjadi agen perubahan yang berpihak pada kepentingan rakyat.
"Jangan menunggu! Jika ada ketidakadilan dan kesewenang-wenangan, pemuda harus berada di garis depan untuk memperjuangkan perubahan," tegasnya.
Menurutnya, pemuda bukan hanya sekadar penonton dalam dinamika bangsa, tetapi harus berani mengambil langkah nyata.
"Rakyat memanggil! Saatnya pemuda bangkit dan bergerak," pungkasnya.
Laporan : Dasuki
Editor : Sang